PSM Makassar vs Persebaya: Penundaan Laga Karena Situasi Kota Tak Kondusif
PSM Makassar vs Persebaya - Pertandingan antara PSM Makassar melawan Persebaya Surabaya dalam lanjutan BRI Super League 2025/26 semestinya menjadi sorotan publik sepak bola nasional pada akhir Agustus. Namun, realitas sosial yang mengemuka di Makassar memaksa otoritas liga mengambil langkah berbeda. Keputusan penundaan pertandingan secara resmi karena situasi tak kondusif diambil PT LIB, setelah mempertimbangkan rekomendasi keamanan dari Polda Sulsel serta panitia pelaksana. Dalam konteks keamanan publik, keputusan ini tidak sekadar administratif, tetapi refleksi atas kompleksitas hubungan antara olahraga, politik, dan stabilitas sosial.
Aksi Demonstrasi Berujung Anarkis, Gedung DPRD Terbakar
Sumber utama penundaan berasal dari eskalasi demonstrasi yang berawal damai namun berakhir tragis. Aksi Demonstrasi Berujung Anarkis, Gedung DPRD Terbakar, bersama dengan fasilitas umum lain, kendaraan dinas, hingga pos polisi. Hangusnya gedung DPRD akibat amukan massa tidak hanya meruntuhkan simbol demokrasi lokal, tetapi turut memperlihatkan kegagalan meredam emosi kolektif di tengah masyarakat. Insiden ini membuat atmosfer kota tidak memungkinkan untuk menyelenggarakan sebuah pertandingan sepak bola dengan jaminan keamanan penuh.
Korban Jiwa dan Kerugian Materiil yang Sangat Signifikan
Kerusuhan tidak berhenti pada kerusakan fisik. Data resmi menyebutkan adanya korban jiwa dan kerugian materiil yang sangat signifikan: tiga orang meninggal dunia, puluhan luka-luka, dan puluhan kendaraan terbakar. Estimasi kerugian bahkan mencapai ratusan miliar rupiah. Dalam situasi semacam ini, olahraga tidak lagi bisa dipandang terpisah dari tragedi sosial. Sepak bola kehilangan fungsinya sebagai hiburan, bergeser menjadi potensi pemicu instabilitas yang lebih luas bila tetap dipaksakan berlangsung.
Alasan Keamanan Jadi Dasar Surat Penundaan
LIB menegaskan bahwa alasan keamanan jadi dasar surat penundaan. Keputusan ini lahir dari masukan berbagai pihak: kepolisian, pemerintah daerah, hingga manajemen klub. Ketika arena publik terancam menjadi ruang eskalasi konflik, otoritas sepak bola tidak punya opsi lain selain menarik rem darurat. Dari perspektif manajemen risiko, keputusan ini bisa diperdebatkan, tetapi tidak bisa diabaikan urgensinya. Liga sebagai institusi harus mampu menunjukkan kepekaan terhadap realitas di luar lapangan, meski konsekuensinya adalah gangguan pada kalender kompetisi.
Impact Kompetisi & Perubahan Jadwal
Dampak langsung penundaan tentu terasa bagi kedua tim. Impact kompetisi & perubahan jadwal mencakup penundaan momentum, ketidakseimbangan ritme, dan penyesuaian logistik menjelang jeda internasional. Keputusan penundaan membuat Persebaya menghentikan rencana perjalanan yang telah dipersiapkan, sementara PSM kehilangan momentum strategis berupa dukungan penuh dari publik lokal. Dari sisi liga, penundaan ini mengacaukan susunan jadwal padat yang sudah disesuaikan dengan kalender FIFA. Implikasinya bukan hanya pada pekan berikut, tetapi juga pada kestabilan kompetisi dalam jangka panjang.
Penundaan laga PSM vs Persebaya merefleksikan kenyataan pahit: sepak bola, betapapun populer, tetap rentan terhadap guncangan sosial-politik. Pertandingan bisa dijadwal ulang, kompetisi bisa diatur kembali, tetapi kerusakan sosial membutuhkan waktu panjang untuk dipulihkan. Dalam kasus ini, keputusan untuk menunda adalah pengingat bahwa keamanan publik harus selalu lebih utama daripada euforia pertandingan.
