Granit Xhaka Selamatkan Sunderland, Gagalkan Kemenangan Moyes di Stadion of Light
Granit Xhaka David Moyes kembali ke Stadion of Light untuk pertama kalinya sejak masa kelam delapan tahun lalu, ketika ia gagal menyelamatkan Sunderland dari degradasi. Namun kali ini, ia mendapati klub lamanya telah berubah menjadi tim yang jauh lebih solid dan penuh semangat.
Dalam laga yang berakhir 1-1 melawan Everton, pasukan Régis Le Bris menunjukkan tekad besar. Gol defleksi dari Granit Xhaka di babak kedua menyamakan kedudukan setelah Iliman Ndiaye lebih dulu membawa Everton unggul melalui aksi individu menawan.
Everton tampil dominan sepanjang babak pertama dan sempat nyaris menambah keunggulan. Namun setelah turun minum, Sunderland membalikkan keadaan dengan tekanan bertubi-tubi ke pertahanan lawan. “Kami tidak memulai pertandingan dengan baik,” aku Le Bris. “Mereka lebih agresif dan menguasai jalannya permainan.” Meski begitu, sang pelatih menganggap hasil imbang ini tetap berharga. “Liga ini sangat berat. Satu poin pun sangat berarti. Kami masih tim promosi, jadi ini pengingat yang baik,” tambahnya.
Kembali ke masa lalu, Moyes sempat memimpin Sunderland pada 2016 menggantikan Sam Allardyce. Sayangnya, musim itu berakhir buruk—pembelian pemain yang gagal, banyak cedera, dan akhirnya degradasi dengan hanya 24 poin. Setelah itu, Sunderland bahkan sempat terpuruk hingga Liga One selama empat musim sebelum akhirnya bangkit ke Premier League. “Saya tetap punya kenangan baik di sini,” ujar Moyes sebelum laga, meski para suporter mungkin punya pandangan berbeda.
Dalam pertandingan ini, Le Bris menurunkan susunan pemain yang sama seperti pekan sebelumnya, sementara Moyes memilih Thierno Barry di lini depan menggantikan Beto. Keputusan itu langsung membuahkan hasil. Barry memberi ruang bagi Ndiaye yang menembus pertahanan Sunderland dengan kecepatan dan kelincahan luar biasa sebelum melepaskan tembakan ke pojok gawang, menaklukkan Robin Roefs.
Everton nyaris menggandakan keunggulan lewat sepakan Jack Grealish yang membentur tiang. Di sisi lain, Sunderland baru mulai menemukan ritme jelang akhir babak pertama, namun belum mampu menguji Jordan Pickford—mantan kiper mereka yang untuk pertama kalinya kembali tampil di stadion ini sejak hengkang.
Namun, slogan “Till the End” yang menjadi semangat Sunderland musim lalu kembali terbukti. Hanya semenit setelah babak kedua dimulai, tembakan Granit Xhaka dari luar kotak penalti mengenai James Tarkowski dan berubah arah sehingga gagal diantisipasi Pickford. Stadion pun bergemuruh.
Sunderland terus menekan. Enzo Le Fée nyaris membawa tim unggul setelah tembakannya memantul mengenai Wilson Isidor, sementara Mukiele beberapa kali membuat kekacauan di kotak penalti lewat lemparan jauhnya. Everton terpaksa bertahan total, bahkan kesulitan membawa bola keluar dari wilayah sendiri.
Di sisi lain, Dwight McNeil dimasukkan menggantikan Ndiaye untuk memperkuat serangan balik, namun Sunderland tak memberi ruang. Dukungan publik Stadion of Light begitu besar, membuat setiap tekel dan perebutan bola terasa hidup. Meski tekanan luar biasa, Everton berhasil mempertahankan hasil imbang hingga akhir.
Moyes mengaku lega. “Kalau melihat 30 menit pertama, saya mungkin kecewa hanya dapat satu poin. Tapi setelah 90 menit, saya rasa ini hasil yang pantas,” ujarnya. Saat ditanya soal perubahan Sunderland sejak terakhir kali ia melatih di sana, Moyes menjawab singkat, “Jelas sekali. Mereka luar biasa. Butuh waktu lebih lama dari yang diharapkan, tapi senang rasanya melihat klub ini kembali ke tempat yang seharusnya.”
