David Moyes: Sepak Bola Bisa Membuatmu Muak Pelajaran dari Masa Kelam di Sunderland
Manajer Everton, David Moyes, mengaku pernah hampir kehilangan gairah terhadap sepak bola setelah masa sulitnya bersama Sunderland. Dari pengalaman pahit itu, ia justru menemukan kembali tekad untuk bangkit—memulihkan reputasi di West Ham dan kini memimpin Everton.
Pada Senin (3/11/2025), Moyes akan kembali menginjakkan kaki di Stadium of Light untuk pertama kalinya sejak 2017. Saat itu, ia mundur setelah Sunderland terdegradasi—satu-satunya degradasi dalam karier manajerialnya—demi meringankan beban finansial klub.
Selama sepuluh bulan di Wearside, Moyes hanya mampu membawa Sunderland meraih enam kemenangan liga. Sebelumnya ia juga melewati fase sulit di Manchester United dan Real Sociedad, menjadikan periode Sunderland sebagai pukulan ketiga berturut-turut dalam kariernya.
“Itu masa yang berat. Tidak banyak manajer yang bisa melewati perjalanan tanpa tersandung. Kadang sepak bola bisa membuatmu muak kalau tidak hati-hati. Tapi justru di situ kamu harus tetap teguh, menundukkan kepala, dan percaya bahwa kamu tidak sejauh itu dari yang seharusnya.”
Moyes menilai situasi klub saat itu memang sulit: perubahan besar dan kekuatan finansial yang menurun.
“Saya sangat kecewa karena gagal mempertahankan mereka di liga. Saya tahu dari awal ini akan berat, tapi saya tetap memilih bertahan daripada meninggalkan klub di tengah jalan.”
Walau pahit, Moyes tak menyesalinya. Ia menganggap periode di Sunderland, Manchester United, dan Real Sociedad membentuknya menjadi pelatih yang lebih tangguh.
“Kamu belajar banyak dari kegagalan. Rasanya pahit, tapi justru itu yang membentuk mental saya untuk tidak ingin mengalaminya lagi.”
Setelah memulihkan reputasi lewat dua periode bersama West Ham dan membawa Everton menjauh dari zona degradasi musim lalu, Moyes merasa masa lalu di Sunderland menjadi pelajaran berharga yang menuntunnya sampai hari ini.
“Menjadi manajer yang terdegradasi adalah perasaan paling buruk dalam hidup,” tutup Moyes. “Tapi dari sana saya belajar bagaimana caranya bangkit.”
